A. Peninggalan
Sejarah Kerajaan Kutai.
Peninggalan
sejarah tertua yang mampu membuka tabir periode sejarah di nusantara adalah
penemuan tujuh buah prasasti berupa tiang batu. Peninggalan sejarah berupa
tiang ini sering disebut yupa. Meskipun tidak ditemukan sistem penanggalan di
prasasti tersebut, tetapi berdasarkan analisis palaeografi diduga prasasti
tersebut berasal dari tahun 322 saka atau 400 masehi.
Prasasti
tersebut dikeluarkan oleh seorang raja bernama Mulawarman. Ada tujuh buah tiang batu yang bertuliskan aksara
pallawa. Seluruh prasasti yupa ditemukan di muara Kaman, Kalimantan Timur.
Isinya antara lain mengisahkan tentang sikap kedermawanan Raja Mulawarman yang
telah menyedekahkan 20.000 ekor lembu untuk para brahmana.
Dalam salah satu petikan di prasasti
ke tiga, disebutkan “.. biarlah mereka mendengar tentang hadiahnya (Raja
Mulawarman) yang luar biasa, ternak, pohon keajaiban, dan tanah. Karena
banyaknya perbuatan saleh, tiang pengorbanan ini didirikan oleh para pendeta.”
Dalam
satu prasasti dituliskan bahwa raja mulawarman telah mengadakan kenduri dan
menggunakan emas yang banyak. Oleh karena itu tugu-tugu tersebut didirikan oleh
para brahmana untuk memperingati kenduri tersebut.
Mulawarman
disebutkan sebagai anak dari asmawarman dan cucu dari kudungga. Nama mulawarman
dan asmawarman biasanya dikaitkan dengan nama bangsawan yang ada di india.
Asmawarman disebutkan sebagai wangsakerta atau pembentuk keluarga.
B. Peninggalan
Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Sejarah keberadaan kerajaan hindu
di jawa mulai terungkap setelah ditemukan prasasti di jawa barat. Setidaknya
ada tujuh prasasti yang ditemukan di berbagai tempat di bekasi, bogor, dan
pandeglang. Ketujuh prasasti itu ditemukan pada beragam bentuk batu, tetapi
juga tanpa system penanggalan. Prasasti itu dituliskan dengan menggunakan
aksara pallawa dan disesuaikan dengan bentuk batunya. Setelah diteliti
berdasarkan bentuk palaeografisnya, diketahui bahwa ketujuh prasasti itu
berasal dari masa pertengahan tahun 450 – 500 masehi. Prasasti-prasasti yang
ditemukan tersebut kebanyakan berisi kebesaran raja Purnawarman yang memerintah
kerajaan Tarumanegara.
1. Prasasti
Ciaruteun
Sesuai namanya,
prasasti ini ditemukan di tepi sungai ciaruteun,dekat muara sungai cisadan. Prasasti
yang terdiri dalam empat baris ini ditulis pada sebuah batu kali dengan aksara
pallawa dan bahasa sanskerta. Selain itu, terdapat pula lukisan laba-laba dan
sepasang telapak kaki.
Lukisan telapak
kaki tersebut mengingatkan kita pada tradisi yang berkembang di india kuno
sebagai lambang para dewa. Telapak kaki tersebut menandakan bahwa daerah tempat
prasasti itu didirikan merupakan daerah taklukan dari raja Purnawarman.
Sementara itu, isi prasasti ciaruteun antara lain menyebutkan bahwa raja
Purnawarman membandingkan tapak kakinya dengan telapak kaki dewa wisnu.
2. Prasasti
Tugu
Prasasti tugu
ditemukan di pertemuan sungai cakung, daerah tugu, kecamatan cilincing, Jakarta
utara. Informasi sejarah yang terdapat pada prasasti tugu paling lengkap dan
panjang apabila dibandingkan dengan prasasti-prasasti tarumanegara yang lain.
3. Prasasti
Kebun Kopi
Prasasti kebun
kopi ditemukan di kampung muara hilir, kecamatan cibungbulan, bogor, jawa
barat. Dalam prasasti ini juga ditemukan lukisan tapak kaki gajah yang identik
dengan tapak kaki gajah Airawata. Gajah ini dalam beberapa peninggalan sejarah
selalu menjadi tunggangan dewa indra. Dewa indra adalah prasasti para dewa
hindu.
4. Prasasti
Lebak
Prasasti lebak
ditemukan di kampong lebak, di tepi sungai cidanghiang, kecamatan munjul,
kabupaten pandeglang, banten. Prasasti ini ditemukan tahun 1947, berisi pujian
akan kebesaran dan keberanian raja purnawarman. Namun, prasasti yang ditulis
dalam bentuk puisi dengan huruf pallawa dan bahasa sanskerta ini hanya terdiri
atas dua baris.
5. Prasasti
Muara Cianten
Prasasti Muara
Cianten ini ditulis dalam aksara ikal yang hingga kini belum bisa ditafsirkan
artinya. Prasasti ini di temukan di bogor.
6. Prasasti
Pasir Awi
Prasasti Pasir
Awi ditemukan di daerah leuwiliang, ditulis dalam aksara ikal. Hingga kini
prasasti ini juga belum bisa ditafsirkan maknanya.
C. Peninggalan
Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan
sriwijaya pernah menjadi pelabuhan maritim terbesar di Asia tenggara, serta
pusat penyebaran dan pengembangan agama buddha. Oleh karena itu, banyak
peninggalan sejarahnya bercorak agama buddha.
Sebagai
penganut agama buddha maka peninggalan sejarah kerajaan sriwijaya banyak
diwarnai oleh candi-candi buddha. Berbeda dengan bentuk dan bahan candi yang ada
di jawa yang menggunakan batu, candi-candi yang ada di Sumatra menggunakan
bahan dasar batu bata. Menurut I Ching, di kerajaan sriwijaya telah berdiri
banyak pagoda pada abad VII.
1. Candi
Muara Takus
Candi muara
takus dibangun kira-kira pada abad XI. Candi menggunakan batu bata dengan pola
nandalan (bujur sangkar, lingkaran atau segitiga) dengan hiasan klasik.
Cirikhas candi ini adalah adanya stupa besar dan dikelilingi oleh beberapa
candi lainnya. Gugus candi ini dikelilingi oleh tembok batu bata seluas 74
meter persegi dan benteng bebatuan sepanjang 2 kilometer. Salah satu candi yang
masih utuh adalah candi mahligai.
2. Prasasti
Kedukan Bukit
Peninggalan
sejarah yang lain dari kerajaan sriwijaya adalah sejumlah prasasti. Salah satu
prasasti yang isinya lengkap adalah prasasti kedukan bukit. Prasasti ini
ditemukan ditepi sungai talang, dekat kota Palembang pada tahun 1920. Dalam
prasasti itu terdapat angka tahun 605 saka atau 683 M.Isinya antaralain
menceritakan sidayatra atau perjalanan suci yang dilakukan Dapunta Hyang.
Perjalanan dapunta diawali dari minangatamwan menggunakan perahu dengan 200
peti perbekalan. Dalam perjalanannya, dapunta membawa 20.000 tentara dan
berhasil menakhlukkan beberapa daerah. Perjalanan ini berakhir di mukha-p dan
kemudian mendirikan wanua atau perkampungan yang diberinama sriwijaya.
3. Prasasti
Talang Tuo
Prasasti talang
tuo ditemukan di desa gadus, sebelah barat kota Palembang. Isinya antara lain
pembuatan taman sriksetra untuk memakmuran semua penduduk dan terdapat doa-doa
yang bersifat buddha Mahayana. Prasasti ini berangka tahun 606 saka atau 684 M.
4. Prasasti
Telaga Batu
Prasasti tanpa
angka tahun ini berasal dari sibukingking. Palembang dan ditemukan tahun 1918.
Bentuknya batu lempeng menyerupai segi lima dan berhiaskan tujuh kepala ular
kobra. Prasasti abad VII ini dibuat oleh salah seorang raja sriwijaya yang
berisi kutukan atau sumpah kesetiaan para calon pejabat atau penguasa yang
telah ditakhlukkan.
5. Prasasti
Kota Kapur
Prasasti kota kapur
ditemukan di kota kapur, pulau Bangka pada bulan desember 1892 oleh J.K van der
Meuler. Prasasti itu antara lain berupa upaya penakhlukan sriwijaya terhadap
jawa. Selain itu, berisi sumpahan dan ancaman kutukan mati bagi siapa saja yang
tidak setia, mencoba memberontak, atau tidak hormat kepada kedatuan sriwijaya.
0 komentar